Thursday 24 July 2008

Peta Perlu Menjadi Lambang Negara RI

Peta tidak hanya memberikan informasi tentang luas dan batas wilayah suatu negara, tetapi dengan informasi geospasial itu dapat membangkitkan semangat kesatuan dan persatuan. Karena itu, untuk menangkal upaya disintegrasi atau dorongan separatisme, peta wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia hendaknya dijadikan sebagai lambang negara.
Menurut penjelasan Chandra Manan Mangan, anggota Kelompok Kerja Geografi Lembaga Pertahanan Nasional, Jumat (18/7), peta menjadi bagian dari identitas resmi negara RI, di samping Garuda Pancasila, bendera Merah Putih, dan foto presiden dan wakil presiden.
"Peta wilayah terkait dengan salah satu syarat bernegara adalah adanya Tanah Air," ujarnya. Bila sebagai lambang negara, peta menjadi bagian yang sama pentingnya untuk dihormati dan dijaga oleh seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya oleh TNI.
Dengan menjadikan peta NKRI sebagai lambang negara, banyak pihak akan tergerak untuk menjaga kesatuan negara.
Cinta negeri
Menampilkan peta sebagai lambang negara, secara tidak langsung akan mendorong masyarakat untuk mengenal negeri ini. Yang terjadi selama ini, masyarakat bahkan anak didik tidak mengetahui lokasi daerah tertentu di negerinya sendiri. "Bila tak mengenal, maka tak akan timbul rasa memiliki dan cinta akan negeri sendiri," ujarnya.
Chandra, yang juga mantan Asisten Deputi Menristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, menunjuk Amerika Serikat yang dapat menjadi contoh untuk mendorong masyarakat mengenal dan mencintai negerinya melalui peta. Di Amerika Serikat, Geografi merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan dan nilai ujiannya menjadi syarat kenaikan kelas atau kelulusan siswa.
Sumber :

Thursday 29 May 2008

catatan pinggir (Kali) : "mau ngalor ato ngidul??"

Aktifitas kita sehari-hari kadang membuat kita lupa akan makna ato esensi dari tujuan diri dan kedirian kita, istilah dari pejabat negara ini dulu di era orde baru menyebutnya "seperti kehilangan content". Saya ingat dulu sewaktu pertama kali diterima sebagai calon pegawai negeri sipil (cpns), kami semua dikumpulkan di ruangan untuk mendengarkan ceramah dan kata sambutan dari petinggi instansi ini; ada satu kalimat menarik yang masih terngiang di telinga saya sampai saat ini pada nasehat seorang "petinggi" wanita yang kurang lebih beliau menyatakan demikian,"ingatlah bahwa pekerjaan kalian akan terasa berat jika kalian menganggapnya hanya suatu pekerjaaan rutinitas "biasa", tapi jika pekerjaan itu dimaknai sebagai ibadah maka segala sesuatunya akan terasa ringan dan hasilnya insyaallah baik". Jika sese0rang mampu memaknai setiap aktifitas dan pekerjaan sehari-hari dengan nilai-nilai spiritual, maka orang tersebut memiliki kecerdasan esq (emotional, spiritual quotient) tinggi, itu kata Ary Ginanjar Agustian.
Jadi ketika kita mengetik surat, menyapu lantai, membuat peta, ngukur tanah,ikutan panitia B, ngimel orang pusat, mendengarkan dan melaksanakan perintah BOS, apel pagi, jadi photografer acara kantor, ngerapihin arsip peta, etc merupakan ibadah???. Jawabnya iya, kalo kita sudah mampu memaknainya demikian, dan sudah barang tentu harus ikhlas dan ridho. Tapi untuk mencapai taraf demikian diperlukan suatu kecerdasan tersendiri yaitu kecerdasan esq. Memang domain emotional apalagi spiritual jarang tersentuh oleh sistem pendidikan, pembinaan dan perekrutan pegawai kita (kalo yang ini menurut saya - red).
Solusinya gimana?!?, tuh kan ujung-ujungnya selalu ada pertanyaan?; Oke, katakan saja kondisi yang ada sekarang pegawai kita kurang motivasi, tanggung jawab kurang (ato emang ga dikasih responsible/tupoksi dari atasannya), paradigmanya cenderung bertendensi kurang baiklah; saya utarakan dengan "malu-malu" dua opsi solusinya :
Pertama : opsi ini saya sebut sebagai opsi ngalor, cobalah ada baiknya untuk menggugah dan membangun motivasi kita adakan suatu training penggugah motivasi, mudah-mudahan ini bisa meningkatkan kinerja, kita bisa bekerja sama dengan Training ESQnya Ary Ginanjar Agustian ato Manajemen Qolbunya AA GYM misalnya.
Kedua : opsi ini saya sebut sebagai opsi ngalor, sebaiknya dalam perekrutan pegawai, mata ujinya ditambahkan dengan materi agama misalnya, dan sistem psikotesnya bisa aja diperbaharui atao diperbagus. Mudah-mudan dengan ini kita bisa mendapatkan pegawai dengan kecerdasan esq yang "lumayan".
Jadi itulah solusinya setelah kita ngobrol ngalor-ngidul :D....