Saturday 17 May 2008

catatan pinggir (kali) : Momentum Kebangkitan Nasional

Sudah satu minggu ini kita disuguhi hiburan menarik di layar televisi dalam liputan olah raga bulu tangkis Piala Thomas dan Uber, sejenak mungkin kita bisa melupakan penat, jenuh, stress, marah yang melanda diri; oleh aksi apik yang diperagakan para srikandi dan arjuna bulu tangkis Indonesia.
Rasa nasionalisme meningkat tat kala kita menyaksikan tim Indonesia bertanding. Teriakan dan yel-yel para supporter (yang tertib) pun menambah suasana "syahdu" di hati. Teriakan INDONESIA (dug..dug..dug..dug..dug), INDONESIA (dug..dug..dug..dug..dug), INDONESIA (dug..dug..dug..dug..dug) mampu ‘menaikan bulu roma’ saya, merinding, rasa cinta tanah-air memuncak, patriotisme bergelora, jiwa pantang menyerah berkecamuk dalam dada (soulnya dapet abis). Hasil akhir, Kalah – Menang, bukanlah segalanya, tapi semangatnya, momentumnya, mungkin itu yang perlu dijaga. Jika kita asumsikan yang terjadi di istora senayan bung karno saat ini sebagai potret Indonesia kecil maka alangkah indahnya Indonesiaku ini.
Nasionalisme, patriotisme, rasa cinta tanah-air; astaga, kata itu nyaris hilang dalam memoriku; dulu sewaktu duduk di bangku sekolah, rasa nasionalisme dan cinta tanah air diwujudkan dengan dilaksanakannya upacara pengibaran bendera, pembacaan Pancasila dan UUD 1945 setiap hari senin; tapi sekarang!!??!!, katakan saja kalo sekarang rasa cinta tanah air diwujudkan dengan datang kerja tepat waktu ato setiap hari ikut apel pagi ato meyelesaikan tugas kantor dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab misalnya. Itupun masih banyak dari kita yang sangat sulit untuk melaksanakannya (termasuk saya sendiri :( , seringkali ditegur gara-gara tidak ikut apel :) - red).
Menurut sejarah negeri ini, rasa cinta-tanah air, nasionalisme, mulai digembar-gemborkan secara gamblang oleh sekumpulan pemuda nasionalis terpelajar yang dimotori oleh bung tomo pada 20 Mei tahun 1908 (pada tahun ini masih jaman penjajahan Belanda) yang dikenal dengan Hari Kebangkitan Nasional. Jika dirunut dari sejarahnya kebangkitan nasional muncul karena kondisi negeri ini yang carut-marut, tertindas akibat penjajahan, peluang untuk mendapatkan sandang-pangan-papan yang layak sangat sulit terpenuhi, tingkat pendidikan rendah, dan hal "buruk" lainnya. Katakan saja hal "buruk" tersebut sebagai aksi (masih ingat :"Hukum Aksi-Reaksi") maka reaksi yang terjadi adalah usaha untuk terlepas dari "keterkungkungan" secara masal dari bangsa ini; bangkit dari ‘tidur panjang’.
Seratus tahun sudah "Deklarasi Kebangkitan Nasional" ‘dikumandangkan’ , sepertinya kita sudah kehilangan tenaga untuk bangkit, diperlukan suatu katalis/energi/aksi, jika kenaikan sembako, naiknya harga minyak mentah dunia (imbasnya mungkin kenaikan BBM dalam negeri), bertandingnya Tim Uber dan Thomas Indonesia, diasumsikan sebagai aksi, maka sudah saatnya kita untuk bangkit. Lalu "motornya" siapa?; masih ingat rumus 3M dari AA Gym, Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil-kecil, Mulai dari sekarang. Wallahualam.